Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) memprediksi tingkat keterisian kamar atau okupansi hotel pada periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024 turun 10 persen, dibandingkan tahun lalu.
“Kalau ambil kata tahun lalu mungkin secara nasional kira-kira sekitar 50%-nan, nah kita itu akan turun di 45%,” kata Hariyadi dalam konferensi pers di Hotel Grand Sahid, Selasa (19/11/2024).
Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani, mengatakan hal ini terjadi jika melihat situasi yang terjadi sekarang ini. “Jadi kalau kita bicara okupansi, mungkin akan antara 10 persenanlah di bawah tahun lalu, kemungkinannya seperti itu. Kalau kita lihat situasi yang seperti ini,” kata Hariyadi, seperti dikutip dari Antara.
Menurut pengamatan PHRI, hingga tanggal 19 November 2024, tren pemesanan kamar hotel cenderung lebih lambat dari tahun lalu. Meski demikian, pada hotel-hotel yang jadi pilihan favorit wisatawan lajunya lebih stabil, misalnya seperti hotel yang berada di kawasan yang disukai wisatawa, seperti Malioboro di Yogyakarta.
“Sebagai bentuk antisipasi memang kami mencoba untuk membuat paket-paket Natal dan Tahun Baru yang lebih kompetitif lagi. Dari harga, atraksinya, keuntungannya dan sebagainya kita lakukan, tapi nanti akan terlihat (situasinya) mulai 1 Desember,” kata Hariyadi.
Penyebab Penurunan Okupansi Hotel
Hariyadi menambahkan, penyebab penurunan okupansi hotel tersebut disebabkan oleh turunnya daya beli masyarakat. Berdasarkan angka, rata-rata okupansi pada periode libur Nataru diprediksi turun jadi 45 persen dibanding tahun lalu secara nasional.
Faktor lain yang diduga menjadi penyebab dari turunnya okupansi hotel, yakni maraknya kasus judi online (judol) yang sedang terjadi dalam masyarakat. Berdasarkan dari hasil analisa PHRI, judi online berdampak buruk pada mata rantai sektor perhotelan dan restoran secara luas.
Oleh karena itu, dia mengharapkan agar pemerintah secara serius memberantas judol. “Jadi butuh keseriusan karena kalau tidak ini dampak signifikan terhadap penurunan daya beli,” pungkasnya.