Colliers International memberikan prediksi terkait bisnis hotel pada kuartal 4 tahun 2020. Laporan ini terkait bisnis sektor perhotelan di Asia Pasifik selama tiga bulan, yakni sejak Oktober hingga Desember 2020.
Govinda Singh, Executive Director, Head of Hotels & Leisure Asia, mengatakan bahwa prospek ekonomi dunia diperkirakan akan tetap lemah dalam waktu dekat mengingat ketidakpastian dan risiko gelombang baru COVID-19. Hal ini tentu berdampak dengan bisnis pariwisata yang memiliki banyak turunan di dalamnya, salah satunya perhotelan.
Memasuki kuartal 4 tahun 2020, pemerintah di seluruh dunia masih tetap mempertahankan aturannya untuk membatasi perjalanan wisatawan internasional. Namun, beberapa di antaranya sudah mulai melakukan diskusi terkait pembukaan kembali perjalanan pariwisata secara bilateral. Dengan rencana tersebut, memungkinkan terjadinya perjalanan internasional, mempromosikan pariwisata, dan juga menghidupkan kembali ekonomi dunia.
“Setiap negara akan melakukannya secara hati-hati karena saat ini virus korona masih terus meningkat. Jadi, mereka semua harus memiliki cara untuk menghadapi risiko COVID-19 di negaranya,” ungkap Singh.
Meskipun pada kuartal 4 masih belum pulih, diprediksi pariwisata dunia akan mulai membaik di awal tahun 2021. Hal ini terlihat dengan adanya rencana pengumuman vaksin pada akhir Q1 2021 sehingga memberikan optimisme tersendiri bagi ekonomi dunia. Dia juga berharap setidaknya ekonomi dunia sudah mulai berjalan 70 persen saat pertengahan 2021.
“Dengan membaiknya ekonomi dunia, kami yakin industri perhotelan juga ikut pulih. Apalagi, saat perjalanan internasional tanpa karantina telah dibuka kembali, diharapkan bisnis dapat meningkat tajam dari sebelumnya,” ungkap Singh.
Berdasarkan laporan Colliers International, kinerja hotel di seluruh Asia Pasifik pada Q3 tahun 2020 telah menunjukkan sedikit peningkatan kinerja. Tingkat hunian kamar meningkat menjadi 41,7 persen dan rata-rata tarif harian (ADR) mencapai US$ 74,84 pada September 2020. Meski tingkat hunian dan ADR meningkat, pendapatan per kamar (RevPAR) di wilayah tertentu menurun sekitar 53,1 persen dari tahun sebelumnya.
Adapun negara yang mengalami peningkatan hunian paling besar terjadi di China, Filipina, dan Singapura. Sedangkan, sisanya masih mengalami penurunan lebih dari 40 persen yang ditempati oleh Jepang, Thailand, Vietnam, Maladewa, dan Myanmar.
“Namun, kami berpendapat bisnis hotel saat itu diuntungkan dengan adanya karantina yang dilakukan masyarakat selama masa pandemi,” dia menambahkan.