Perjalanan sejarah di Indonesia sampai saat ini sangatlah panjang. Terbukti dengan banyaknya bangunan tua sebagai saksi bisu perjuangan Bangsa Indonesia.
Tak disangka, terdapat sejumlah gedung ikonik yang memiliki kontribusi penting bagi tanah air, kini telah dialihfungsikan menjadi hotel terkenal.
Tentunya, hal ini akan menjadi pengalaman menarik bagi Hoteliers untuk menginap di hotel-hotel tersebut. Berikut salah 5 hotel yang dulunya gedung bersejarah, hasil rangkupan Pegipegi, yang wajib Hoteliers ketahui.
Hotel Sriwijaya Jakarta
Hotel tertua di Jakarta ini ternyata ebelumnya merupakan toko roti milik seorang warga negara asing, Conrad Alexander Willem Cavadino. Sejak berdiri tahun 1863, bakery milik Cavadino itu menjual beraneka macam cokelat, permen, cerutu tradisional Belanda, anggur, dan bahan pangan dengan kualitas terbaik. Toko ini semula berada di Rijswijk dan Citadelweg atau sekarang Jalan Veteran dan Jalan Veteran I.
Karena keberhasilan toko roti nan luas dan terkenal diantara para bangsawan dan pendatang ini, Cavadino menyulap toko miliknya menjadi hotel. Awalnya, ia beri nama Hotel Cavadino. Tidak hanya meramaikan, orang-orang kaya pada masa itu pun menginap untuk menikmari suasana kota yang asri ketika sore dan malam hari, sambil menyantap roti buatan Cavadino.
Pada tahun 1899, hotel ini berubah nama menjadi Hotel du Lion d’Or dan bertahan selama 42 tahun. Lalu, kembali mengubah namanya menjadi Park Hotel dan terakhir menjadi Hotel Sriwijaya sejak tahun 1950-an sampai sekarang.
Bila diperhatikan, bangunannya masih menampilkan kesan kolonial Belanda. Namun, untuk interiornya sendiri sudah banyak mengalami perkembangan. Hotel yang berlokasi 5 menit dari Masjid Istiqlal dan 13 menit dari Monumen Nasional, bisa banget untuk masuk wishlist Hoteliers.
The Hermitage Hotel Jakarta
Eksterior hotel bintang lima ini terlihat jelas khas arsitektur masa kolonial. Siapa sangka, jauh sebelumnya, bangunan ini dulunya merupakan pusat telekomunikasi pemerintah Hindia Belanda bernama Telefoongebouw yang pertama kali dibangun pada tahun 1920.
Beberapa tahun setelahnya, bangunan ini sempat dialihfungsikan menjadi kantor pemerintahan. Pada tahun 1999, gedung ini dialokasikan menjadi perguruan tinggi bernama Universitas Bung Karno (UBK).
Sayangnya, bangunan tidak terawat dengan layak, sehingga berubah fungsi menjadi penginapan pada tahun 2008 dengan mempertahankan nilai sejarah, terutama pada arsitektur dan interior ruangan. Tujuh tahun setelah itu, pihak Tribute Portfolio mengambil alih kepemilikannya dan kini dikenal sebagai Hotel The Hermitage Jakarta.
The Hermitage menawarkan 90 kamar dan Suite yang dipecah menjadi delapan kategori dengan luas mulai dari 40 meter persegi. Akomodasi ini menghadirkan all-club benefit, dimana setiap tamu akan mendapatkan banyak manfaat memikat dan eksklusif selama menginap.
Hotel ini juga memiliki restoran dengan sajian istimewa -perpaduan antara kuliner Nusantara dan warisan kolonial- yang menambah kesempurnaan Hoteliers ketika bermalam di sini.
Hotel Lengkong
Hotel Lengkong
Ternyata gedung Hotel Lengkong merupakan satu dari sekian banyak warisan Belanda. Dahulu, gedung ini digunakan pemerintah sebagai Gedung Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia (GKPRI).
Pada 20 Juli 1959 dilakukan peresmian gedung oleh Raden Hasan Nata Permana yang menjabat sebagai Ketua Pegawai Koperasi Republik Indonesia (PKRI) saat itu. Adanya kendala biaya akibat kegiaran koperasi yang terpuruk, menyebabkan gedung menjadi tidak terurus.
Hal tersebut membuat gedung dialokasikan oleh pemerintah untuk kebutuhan ruang pendidikan yang masih kurang.
Tepatnya pada Agustus 2004, fungsi GKPRI berganti menjadi sebuah wisma di Jawa Barat bernama Hotel Lengkong karena lokasinya berada di Jalan Lengkong Besar.
Meskipun klasifikasi hotelnya non bintang, hotel ini direkomendasikan bagi Hoteliers yang mencari penginapan murah dan nyaman dekat pusat kota.
Secara bisnis, Hotel Lengkong memang beroperasi sebagai hotel, tapi pemerintah setempat tetap memasukkan gadung ini sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi.
Hotel The Salak Heritage
Selanjutnya, di Kota Bogor, Jawa Barat. Ada satu hotel ikonik yang juga dibangun di atas gedung bersejarah. Dulunya, bangunan ini sempat dipakai untuk tempat beristirahat keluarga Gubernur Jenderal VOC beserta para elit pemerintahan.
Kemudian, dijadikan markas militer Jepang tahun 1948, dan akhirnya berhasil dimiliki Indonesia pasca kemerdekaan. Bangunan ini digunakan untuk berbagai kebutuhan pemerintah sebelum dialihfungsikan menjadi hotel pada tahun 1998 dengan nama Hotel Salak The Heritage.
Dengan bangunan bergaya royal heritage yang dilengkapi fasilitas modern, menjadi pilihan yang tepat bagi Hoteliers untuk staycation bersama kerabat terdekat. Selain kemewahan, kenyamanan, dan sejarah panjang yang disimpan di Hotel Salak the Heritage, terdapat kebun yang asri.
Sebanyak 120 kamar hotel di sini mengusung desain klasik Eropa yang indah serta dilengkapi dengan kulkas, pendingin udara, TV, peralatan mandi serta jaringan internet Wi-Fi gratis. Tersedia juga Raffless Fitness Center dan kolam renang outdoor untuk menunjang aktivitas Hoteliers selama menginap.
Hoteliers juga bisa memiliki banyak opsi untuk menikmati hidangan lezat di hotel, mulai dari Kanari Cafe yang beroperasi selama 24 jam, Binnenhof Restaurant atau Den Haag Cafe yang beroperasi sejak pukul 9 pagi hingga 9 malam. Berjarak 40 menit dari Jakarta, Hotel Salak terletak di dekat Istana Bogor serta Kebun Raya Bogor sehingga Hoteliers bisa mengeksplorasi Kota Hujan dengan mudah.
Hotel Horison Arcadia Surabaya
Kini bergeser ke Surabaya, hotel yang berada di kawasan Krembangan ini memiliki arsitektur unik yang memanjakan mata. Hotel Horison Arcadia memiliki interior bak masa kolonial Belanda yang sering ditampilkan dalam film dokumenter.
Gedung yang berdiri sejak tahun 1916 ini awalnya beroperasi sebagai kantor perusahaan di bidang perkebunan milik Belanda bernama ‘Geo Wehry & Co’.
Setelah masa penjajahan berakhir, gedung ini sempat terbengkalai. Kembali beroperasinya gedung ini pada tahun 2017, diambil alih dan dialihfungsikan menjadi hotel oleh Grup Brasali. Renovasi dilakukan pada beberapa bagian tanpa mengubah bentuk bangunan aslinya yang berciri khas warna merah maroon dan bata.
Horison Arcadia Surabaya menyediakan 147 kamar yang terbagi menjadi dua tipe, yakni Standard Room (136 kamar) dan Superior Room (11 kamar). Setiap kamar dilengkapi AC, TV berlayar datar dengan channel internasional, meja kerja, coffee and tea maker, hingga room service 24 jam. Anda yang sedang dalam perjalanan bisnis juga bisa terhubung dengan internet melalui sambungan Wi-Fi gratis.
Pengalaman menginap Hoteliers pun tidak berhenti disana. Karena Horizon Arcadia menyediakan fasilitas seperti spa, pusat kebugaran, area parkir indoor, serta laundry & dry cleaning. Untuk keperluan acara bisnis dan lainnya, tersedia pula pilihan ruang meeting yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
Itu dia kelima hotel di Indonesia yang dulunya merupakan gedung bersejarah yang bisa Hoteliers kunjungi. Kira-kira Hoteliers sudah pernah kemana nih?
Bagi Hoteliers yang dari luar kota, pastikan untuk memesan tiket pesawat, tiket kereta, tiket bus & travel, dan hotel di Pegipegi. Temukan juga berbagai promo menarik untuk liburan yang lebih hemat! Jangan lupa tetap menjaga protokol kesehatan kapan pun dan di mana pun, demi keamanan, kenyaman, dan kesehatan Anda. Saatnya #PegipegiYuk #PegipegiLagi!