Jakarta, September 2022 — Tahun 2014 third-wave coffee movement baru dimulai di Indonesia. Bertepatan dengan itu, Common Grounds hadir menjadi pioner dengan membuka kedai pertamanya di Sudirman Citywalk Mall, Jakarta. Sejak itu hingga sekarang, sudah terdapat 12 cabang yang ada di Jakarta, Bandung dan Surabaya.
Melalui model bisnisnya, Common Grounds punya misi untuk menciptakan ruang bagi orang-orang dari segala usia, agama, suku, profesi, dan minat. Oleh karena itu mereka dapat berkumpul, menemukan, dan membangun hubungan melalui kecintaan terhadap kopi.
Pencapaian yang dicapai Common Grounds dalam delapan tahun terakhir ini tentunya tidak lepas dari para pendirinya. CEO Common Grounds Retail dan CMO membantu menuangkan ide dan visi kreatifnya. Hal tersebut bertujuan untuk menunjukkan ciri khas, nilai, dan kepribadian Common Ground melalui eksekusi yang tepat. Sedangkan Aston Utan menangani desain untuk gerai, kemasan kopi, kolaborasi, hingga pemilihan pastry dan menu.
Daryanto Witarsa sebagai CEO of Wholesale yang berpengalaman dibidang pemilihan dan proses pemanggangan kopi. Hal itu yang membuatnya pernah terpilih menjadi Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI). Beliau juga bertanggung jawab dalam mencari dan mengkurasi biji kopi signature blend dan single origin Common Grounds.
Yoshua Tanu, salah satu pendiri Common Grounds yang juga berprestasi di dunia perkopian. Yoshua pernah menjadi pemenang di kejuaraan Indonesia Barista pada tahun 2014, 2016, dan 2017.
Kesuksesan Common Grounds adalah hasil dari inovasi pendirinya dan tim. Perusahaan ini berusaha untuk mempekerjakan orang-orang yang tepat dalam mengembangkan bisnis. Mereka juga mengirimkan timnya untuk mengikuti kompetisi kopi. Hal tersebut bertujuan agar semakin terjalinnya relasi untuk menemukan ilmu dan ide baru.
“Coffee culture merupakan gaya hidup yang modern dan terbuka. Gaya hidup ini memiliki efek beruntun dalam budaya dan berfungsi sebagai magnet untuk menarik orang-orang dengan minat yang sama. Oleh karena itu, kopi menyimpan tantangan-tantangan yang menggelitik kita untuk terus menghadirkan sesuatu yang baru,” kata Aston.
Pendekatan Holistik ke Industri Kopi
Dalam delapan tahun perjalanannya, Common Grounds telah menjadi sebuah perusahaan kopi yang komplet. Tak hanya sebagai operator bagi gerai kopi di tiga kota besar di Indonesia, Common Grounds juga mengoperasikan fasilitas roastery.
Selain itu Common Grounds membuka layanan konsultasi kopi dan pelatihan edukatif bagi petani kopi. Dengan pengalaman yang sudah dimiliki, Common Grounds membantu mengembangkan perusahaan rintisan bernama Jago Coffee. Perusahaan tersebut adalah sebuah mobile coffee chain yang bertujuan membawa kopi langsung ke pelanggan.
“Kami memiliki misi untuk dikenal secara global sebagai salah satu perusahaan kopi terbaik. Ini alasan kami sekarang menyediakan produk dan layanan yang variatif untuk melayani kebutuhan end-to-end,” ungkap Aston.
Salah satu langkah penting yang diambil oleh Common Grounds adalah membangun fasilitas pemanggangan kopi (roastery). Fasilitas tersebut sudah bersertifikat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan terletak di Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Hal tersebut memungkinkan Common Grounds untuk menyediakan biji kopi spesial sesuai pesanan bagi sejumlah kafe, restoran, dan hotel di Indonesia.
Komunitas dan Kolaborasi
Common Grounds membuka kesempatan untuk bekerja sama dengan komunitas yang ada di Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut, Common Grounds Zero at ASHTA District 8 terbuka bagi yang gemar desain. Hal tersebut didukung dengan kehadiran desain impresif dari AlvinT Studio karya Alvin Tjitrowirjo. Gerai ini juga menawarkan sejumlah hidangan utama dan koktail bagi para pencinta kuliner.
Cabang terbaru Common Grounds yang terletak di Pondok Indah Plaza 2 mempunyai konsep baru. Pada cabang tersebut dilengkapi dengan pojokan retail yang menjual sneakers dan baju urban.
Pada bulan Agustus 2022, Common Grounds berkolaborasi dengan Museum Macam dan seniman Indonesia bernama Agus Suwage. Kolaborasi tersebut membuahkan hasil dengan meluncurkan cup sleeve bergambar karya seniman tersebut.
“Kami terbuka untuk acara dan aktivasi produk apapun dengan beragam merek. Ini sejalan dengan visi kami untuk menyatukan dan mempertemukan orang-orang dari beragam komunitas,” tutur Aston.
Seiring berkembangnya waktu, Common Grounds menciptakan menu standar yang mudah dinikmati dan meninggalkan kesan mendalam bagi pelanggan. Hal tersebut dilakukan dengan memperbarui konsep menu dan makanan tiap bulannya. Hal tersebut dicetuskan oleh Corporate Executive Chef.
Common Grounds telah terbukti ia berevolusi menjadi merek yang lebih besar dan lebih baik. Ke depannya, Common Grounds memiliki target untuk menjadi pemain penting di industri kopi di Indonesia dan dunia internasional.