Penurunan Harga Tiket Pesawat Dorong Wisata Nataru, Sektor Perhotelan Sambut Baik
Rencana pemerintah untuk menurunkan harga tiket pesawat selama periode libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru) mendapat sambutan positif, terutama dari sektor perhotelan. Langkah ini dinilai strategis untuk mendorong peningkatan mobilitas wisatawan domestik (wisnus) sekaligus memperkuat sektor pariwisata di berbagai daerah.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Maulana Yusran, menyebutkan bahwa penurunan harga tiket pesawat akan berdampak signifikan pada pergerakan wisatawan. “Biaya perjalanan yang lebih terjangkau dapat mempermudah wisatawan dari Pulau Jawa untuk mengunjungi destinasi lain seperti Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan, dan Sulawesi,” jelasnya.
Manfaat Besar bagi Sektor Perhotelan
Beberapa dampak positif dari rencana ini terhadap sektor perhotelan antara lain:
- Peningkatan Tingkat Okupansi Hotel
Dengan harga tiket pesawat yang lebih rendah, tingkat hunian hotel di destinasi wisata diproyeksikan meningkat sekitar 5-10 persen selama masa libur Nataru. Destinasi wisata populer di luar Pulau Jawa diharapkan meraih manfaat terbesar dari peningkatan ini. - Durasi Menginap yang Lebih Panjang
Perpanjangan masa liburan memungkinkan tamu untuk tinggal lebih lama di hotel, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap kenaikan pendapatan. “Semakin lama masa tinggal tamu, semakin besar pula potensi pendapatan yang dapat diraih oleh sektor perhotelan,” kata Yusran. - Penguatan Pariwisata Daerah Non-Jawa
Daerah-daerah yang selama ini terkendala akses mahal berpeluang mendapatkan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Penurunan harga tiket pesawat menjadi insentif penting untuk menjelajahi destinasi yang selama ini kurang terjangkau.
Dukungan dari Pemerintah
Menteri Perhubungan, Dedy Purwagandhi, menyatakan bahwa pemerintah berkomitmen menurunkan harga tiket pesawat selama Desember 2024. “Kami menargetkan penurunan harga tiket sebesar 10-13 persen untuk mendukung kelancaran mobilitas wisatawan selama liburan,” ungkapnya. Upaya ini juga diharapkan dapat mengakomodasi pergerakan sekitar 110,67 juta orang selama Nataru, dengan mayoritas aktivitas perjalanan masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Harapan dan Tantangan
Rencana ini diharapkan mampu meningkatkan kontribusi sektor pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional. Namun, sejumlah tantangan tetap perlu diantisipasi, termasuk:
- Koordinasi Antar Sektor
Diperlukan sinergi antara sektor transportasi, pariwisata, dan perhotelan untuk memastikan efektivitas kebijakan ini. - Kesiapan Infrastruktur
Destinasi wisata harus mempersiapkan infrastruktur pendukung yang memadai guna mengakomodasi lonjakan jumlah wisatawan.
Rencana ini mencerminkan komitmen pemerintah dalam mendukung sektor pariwisata dan perhotelan, yang berperan penting dalam pemulihan ekonomi nasional. Dengan implementasi yang tepat, momentum libur Nataru dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi berbasis pariwisata.