Kita dapat menemukan banyak bangunan kuno di Kota Solo yang memiliki nilai sejarah tinggi. Namun diantara bangunan-bangunan tersebut, beberapa diantaranya tidak mendapatkan perawatan yang layak sehingga menjadi terbengkalai, salah satunya yaitu Omah Lowo.
Namun tahukah kalian mengapa masyarakat Solo biasa menyebut bangunan ini dengan istilah “Omah Lowo”? Dalam bahasa Jawa, “omah” artinya rumah, dan “lowo” berarti kelelawar. Bangunan yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kecamatan Laweyan ini dulunya menjadi hunian dari ribuan kelelawar.
“Rumah ini memang terbengkalai sampai kalau orang mendekat kesannya itu jelek, gelap, kotor, bau, dan ditinggali lowo (kelelawar), makanya namanya Omah Lowo (rumah kelelawar),” ujar pemilik Rumah Heritage Batik Keris, Lina Tjokrosaputro.
Omah Lowo adalah bangunan seluas 1.500 meter persegi yang ditinggalkan pada masa kolonial Belanda di abad ke-19. Lina menjelaskan bahwa rumah ini dahulu merupakan milik mendiang suaminya yang bernama Sie Djian Ho atau dikenal dengan Handianto Tjokrosaputro.
Beliau adalah seorang Presiden Direktur PT Batik Keris pada tahun 1920-an silam dan menjadikan rumah ini sebagai tempat huniannya. Namun, kepemilikan Omah Lowo ini kemudian baru bisa kembali pada keluarga sang suami pada tahun 2016 lalu dikarenakan oleh banyak faktor.
“Pada saat suami saya masih hidup, rumah ini memang ditawarkan, maka dia ingin membeli, karena ada kisahnya. Opa dan omanya tinggal di sini. Tepat pada Mei 2016 rumah ini kembali ke keluarga suami,” ucap Lina.
Sesuai dengan keinginan mendiang suami, Rumah Heritage keudian direnovasi dan dialihfungsikan menjadi galeri batik dan kerajinan. Perjalanan Rumah Heritage Batik dalam proses renovasi ini tentunya tidak mudah dikarenakan parahnya kerusakan yang ada. Renovasi juga baru bisa dimulai setelah kelelawar bermigrasi ke tempat lain yaitu pada Mei – Juni 2017.
Proses perbaikan Omah Lowo melibatkan banyak pihak mulai dari arsitek hingga sejarawan. Hal ini disebabkan karena status bangunan yang masuk ke dalam daftar bangunan cagar budaya (BCB) bernama Bekas Gedung Kantor Veteran.
“Dindingnya kotor sekali karena tertutup kotoran kelelawar. Atap jebol, jadi saya buka sekalian. Bahkan, lantainya kami poles enam kali saking kotornya. Saat polesan ketiga, kami belum ketemu lantainya, baru polesan keenam terlihat ubinnya, ternyata motifnya bagus sekali,” tuturnya.
Saat ini bangunan tersebut telah disulap menjadi destinasi wisata dengan konsep art deco dan art nouveau megah khas Eropa. Rumah Heritage Batik Keris ini kemudian diresmikan pada tanggal 2 Oktober 2020 bertepatan dengan Hari Batik Nasional.